Dari awal Hingga Pemimpin Industri Rokok
Kediri, 27 Juni 2025 – PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menempati posisi sebagai salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia, dikenal luas melalui produk kretek berkualitas tinggi. Berbasis di Kediri, Jawa Timur, perusahaan ini telah melewati perjalanan panjang sejak didirikan pada 1958, mencerminkan ketahanan dan inovasi di tengah tantangan industri.
Table of Contents
Sejarah dan Pendiri: Perjuangan Surya Wonowidjojo
PT Gudang Garam Tbk didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie, yang kemudian mengganti namanya menjadi Surya Wonowidjojo. Lahir pada 1923 di Fujian, China, Surya bermigrasi ke Indonesia pada usia tiga tahun bersama keluarganya. Karier awalnya dimulai di usia 20-an ketika pamannya menawarkan pekerjaan di pabrik rokok NV Tjap 93, salah satu merek terkenal di Jawa Timur. Dengan kerja keras dan ketekunan, ia naik dari posisi operator menjadi direktur perusahaan tersebut.
Namun, perjalanan Surya tidak selalu mulus. Setelah memutuskan mendirikan Gudang Garam, ia menghadapi tantangan besar, termasuk krisis keuangan awal dan kehilangan banyak tenaga kerja akibat peristiwa G30S 1965, di mana beberapa buruhnya disingkirkan karena afiliasi politik. Meski demikian, visi Surya untuk menciptakan rokok kretek berkualitas tinggi dengan nama yang terinspirasi dari mimpi tentang gudang garam membuahkan hasil. Ia memulai usaha dari industri rumahan dengan hanya 50 karyawan, menghasilkan 50 juta batang kretek per tahun pada akhir 1958.
Setelah Surya meninggal dunia pada 28 Agustus 1985, kendali perusahaan beralih ke putranya, Rachman Halim, hingga 2008, lalu dilanjutkan oleh Susilo Wonowidjojo sebagai Presiden Direktur sejak 2009. Warisan Surya tetap hidup melalui Catur Dharma Perusahaan, yang menekankan kehidupan bermakna, kerja keras, dan kolaborasi dengan karyawan sebagai mitra utama.
Pencapaian Market Share: Pertumbuhan dan Tantangan
Sejak berdiri, Gudang Garam telah mencatat pertumbuhan signifikan dalam pangsa pasar rokok kretek di Indonesia. Pada 1966, hanya delapan tahun setelah pendirian, perusahaan menjadi pabrik kretek terbesar di Indonesia dengan produksi 472 juta batang per tahun. Hingga akhir 2017, berdasarkan data Nielsen, Gudang Garam menguasai 21,4% pasar domestik, meskipun pangsa ini menurun menjadi sekitar 20% pada dekade terakhir akibat persaingan dengan HM Sampoerna dan regulasi ketat.
Produksi tahunan perusahaan mencapai lebih dari 70 miliar batang, dengan fasilitas utama di Kediri dan Gempol. Meskipun menghadapi tekanan dari kenaikan cukai dan rokok ilegal, Gudang Garam tetap mempertahankan posisinya sebagai produsen rokok terbesar kelima di Indonesia, dengan kompleks tembakau seluas 514 hektar di Kediri sebagai pusat operasionalnya.
Kontribusi bagi Bangsa: Aksi CSR, Beasiswa, dan Pelatihan Atlet
PT Gudang Garam Tbk memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan Indonesia melalui berbagai inisiatif. Perusahaan menjadi penyumbang besar pendapatan negara melalui cukai rokok, yang menyumbang sekitar 7,8% dari APBN pada 2022. Selain itu, Gudang Garam mendukung lebih dari 4 juta orang, termasuk petani tembakau, pedagang eceran, dan karyawan, dengan tenaga kerja mencapai 35.272 orang pada 2017.

Dalam bidang Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan aktif mengadakan program sosial, termasuk pembangunan infrastruktur lokal dan dukungan pendidikan. Gudang Garam juga dikenal melalui program beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, memungkinkan generasi muda mengakses pendidikan tinggi. Selain itu, perusahaan memiliki komitmen terhadap olahraga dengan mendirikan klub bulutangkis Suryanaga Gudang Garam, salah satu dari lima klub teratas di Indonesia, yang melatih atlet muda dan berkontribusi pada prestasi olahraga nasional.
Produk untuk Segmen Kelas Atas
Gudang Garam menawarkan portofolio produk yang beragam, mulai dari sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting mesin (SKM). Untuk segmen kelas atas, perusahaan meluncurkan merek premium seperti Gudang Garam Signature, GG Mild Shiver, dan GG Move, yang menyasar konsumen yang menginginkan pengalaman merokok eksklusif dengan kualitas bahan pilihan. Produk-produk ini dilengkapi dengan inovasi seperti rendah tar dan nikotin, mencerminkan respons perusahaan terhadap tren pasar modern.
Diversifikasi dan Warisan
Selain rokok, Gudang Garam memperluas bisnis ke sektor non-tembakau, seperti pengelolaan Bandara Dhoho yang diresmikan pada April 2024 dan konstruksi tol Kediri-Tulungagung yang dimulai pada Oktober 2024. Langkah ini menunjukkan upaya perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada industri tembakau di tengah regulasi ketat.
Warisan Surya Wonowidjojo terus dijaga oleh keluarga Wonowidjojo, dengan Susilo dan saudara-saudaranya seperti Juni Setiawati (Presiden Komisaris) serta Indra Gunawan (Wakil Presiden Direktur) memainkan peran kunci. Dengan aset yang signifikan dan kontribusi ekonomi yang besar, PT Gudang Garam Tbk tetap menjadi simbol ketahanan industri Indonesia, meskipun menghadapi tantangan baru di era globalisasi.