Gencatan Senjata Iran-Israel Rapuh, Trump Umumkan Rencana Negosiasi Nuklir Pekan Depan

Author name

26 Juni 2025

Jakarta, indtopten.com – Konflik 12 hari antara Iran dan Israel yang melibatkan Amerika Serikat telah memasuki fase gencatan senjata yang rapuh sejak 24 Juni 2025. Namun, pelanggaran dari kedua belah pihak dan ketegangan yang belum mereda menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut. Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana negosiasi nuklir dengan Iran pada pekan depan, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian saling klaim kemenangan atas konflik ini.

Eskalasi Militer dan Gencatan Senjata

Konflik dimulai pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran, termasuk situs di Arak, Natanz, dan Isfahan, dalam operasi yang dinamakan “Operation Rising Lion.” Serangan ini, menurut Netanyahu, bertujuan mencegah ancaman eksistensial dari program nuklir dan rudal balistik Iran. Iran membalas dengan operasi “True Promise 3,” meluncurkan ratusan rudal balistik ke Israel, meskipun sebagian besar dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome.

gencatan senjata antara iran dan israel serta peran donald trump

Amerika Serikat terlibat langsung pada 22 Juni 2025, dengan melancarkan serangan udara menggunakan pesawat pengebom B-2 terhadap tiga situs nuklir Iran (Fordow, Natanz, dan Isfahan). Iran merespons dengan menyerang pangkalan militer AS di Al Udeid, Qatar, pada 23 Juni, memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.

Pada 23 Juni malam, Trump mengumumkan gencatan senjata melalui platform Truth Social, yang mulai berlaku pada 24 Juni pukul 11:00 WIB. Namun, gencatan senjata ini terganggu oleh pelanggaran awal, termasuk serangan rudal Iran ke Beersheva, Israel, yang menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 20 lainnya, serta serangan Israel ke Teheran hingga menit-menit terakhir sebelum gencatan senjata berlaku. Setelah Trump menegur kedua belah pihak, situasi mulai stabil, dengan Qatar berperan sebagai mediator kunci.

Klaim Kemenangan dari Ketiga Pihak

Netanyahu, dalam pidato televisi pada 24 Juni, menyebut operasi Israel sebagai “kemenangan bersejarah,” mengklaim telah menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran dan menghambat program nuklirnya selama bertahun-tahun. Ia juga berterima kasih kepada Trump atas dukungan AS.

Di sisi lain, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyebut perlawanan rakyat Iran sebagai “kemenangan total,” menegaskan bahwa Iran akan terus mempertahankan haknya atas energi nuklir damai. Ia juga menyatakan kesiapan untuk kembali ke meja perundingan dengan AS, asalkan hak-hak Iran dihormati.

Trump menggambarkan gencatan senjata sebagai pencapaian besar yang mencegah perang berkepanjangan. Ia mengklaim serangan AS telah “menghancurkan” fasilitas nuklir Iran. Namun, laporan intelijen AS yang bocor, seperti dilansir CNN, menyebutkan bahwa serangan tersebut hanya menunda program nuklir Iran beberapa bulan, bukan menghancurkannya sepenuhnya, memicu kontroversi atas klaim Trump dan Netanyahu.

Upaya Diplomatik dan Tantangan ke Depan

Trump mengumumkan pada 25 Juni bahwa AS akan mengadakan pembicaraan dengan Iran pekan depan untuk membahas ambisi nuklir Tehran. Pezeshkian menyambut baik peluang negosiasi, menyatakan bahwa Iran tidak mencari senjata nuklir dan siap berdialog dalam kerangka internasional. Namun, parlemen Iran memutuskan untuk menangguhkan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebagai respons terhadap serangan AS, meskipun keputusan ini masih menunggu ratifikasi Dewan Keamanan Nasional Iran.

Meskipun gencatan senjata membuka ruang untuk perdamaian, ketegangan tetap tinggi. Israel menuduh Iran melanggar gencatan senjata, sementara Iran mengklaim serangannya sebagai respons terhadap agresi Israel dan AS. Analis seperti Sina Azodi dari Universitas George Washington menilai bahwa klaim kemenangan dari ketiga pihak lebih merupakan propaganda domestik daripada cerminan keberhasilan strategis. Ada kekhawatiran bahwa Iran mungkin mencoba memperkaya uranium secara sembunyi-sembunyi, sementara Israel bersumpah akan bertindak tegas jika program nuklir Iran bangkit kembali.

Dampak Kemanusiaan dan Reaksi Global

Konflik ini menyebabkan kerugian besar. Israel melaporkan 28 kematian, sedangkan kelompok hak asasi manusia memperkirakan 974 kematian di Iran. Serangan di Beersheva dan kerusakan infrastruktur di Teheran menjadi sorotan utama. Negara-negara seperti Qatar, Prancis, dan India menyerukan de-eskalasi dan solusi diplomat yang cepat, sementara Rusia menawarkan mediasi, yang ditolak oleh Trump.

Apa Selanjutnya?

Gencatan senjata saat ini memberikan jeda, tetapi stabilitas jangka panjang bergantung pada hasil negosiasi nuklir AS-Iran dan stabilitas politik di kawasan. Dengan Netanyahu menghadapi tekanan domestik akibat tuduhan korupsi dan Trump berfokus pada citra sebagai pembawa damai, dinamika politik internal masing-masing negara kemungkinan akan memengaruhi langkah selanjutnya.

indtopten.com akan terus memantau perkembangan situasi ini. Pantau situs kami untuk update terbaru.

Tinggalkan komentar